Tuesday, May 14, 2019

Cerita Baksos Anak Gemilang, Dari Berjualan hingga Menyalurkan

0
Foto bersama usai buka puasa

Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk berbagi dan mengajarkan anak tentang makna puasa. Janji berlipatnya pahala membuat anak-anak plus orangtuanya bersemangat untuk mengadakan kebaikan salah satunya Bakti Sosial (Baksos). Puasa tak melulu tentang lapar dan haus. Bisa juga sebagai ajang mengajarkan kasih sayang dan empati pada anak. Momen ini dimanfaatkan Komunitas Homeschooling Gemilang untuk mengadakan baksos.

Garage Sale dan Market Day

Kurang lebih 3 minggu sebelum Baksos dilaksanakan, anak-anak Gemilang mengumpulkan dana untuk kemudian disalurkan. Langkah pertama adalah Garage Sale. Mengumpulkan barang layak pakai untuk kemudian dijual dengan harga yang murah.
Garage Sale di Engku Puteri

Saat Garage Sale, anak-anak melakukan simulasi jual beli untuk bekal melakukan market day. Barang yang terkumpul beraneka macam. Ada baju-baju anak-anak yang bahkan sebagian masih ada labelnya, mainan, buku, dan boneka. Semua barang yang dikumpulkan kemudian dipilah untuk dikategorikan berdasarkan harga. Murah saja mulai dari Rp 5000 - 20.000. Garage Sale menghasilkan uang sejumlah Rp 821.000

Untuk mencukupi kebutuhan Baksos, maka anak Gemilang terjun langsung untuk melakukan Market Day. Berjualan di lapangan Engku Puteri dan menawarkan dagangannya kepada pengunjung. Saya sempat terharu melihat aksi anak-anak ini. Mereka saling support. Jika dagangannya sudah habis, maka mereka membantu jualan milik temannya untuk di jajakan secara bersama-sama. Ada Pizza, Spageti, Roti Kirai, Buah, Lapis Singkong, minuman dan Pin nama. Hasil dari Market day anak-anak ini adalah Rp 719.000
Market Day

Tidak terlalu besar memang jika melihat dari nominalnya. Namun perjuangan mereka mendapatkan uang itu priceless ! Mereka menjajakan, membuat sendiri makanannya dan mendapatkan uang untuk kemudian di donasikan.

Khusus jualan Khalid yakni Pin nama, sebagian pembeli tidak mengambil kembaliannya. Memang diniatkan untuk membantu. Khalid sempat merasa bahwa uang itu miliknya. Jadi tercetuslah dia ingin membeli mainan baru dari hasil uang itu. Syukur bisa diberi pemahaman, bahwa uang itu digunakan untuk berbagi kepada keluarga yang tidak mampu. Awalnya dia sedih, akhirnya pasrah. Hahaha

Hari yang dinanti, Baksos !

Uang yang terkumpul dari donasi para anggota Gemilang mencapai tujuh juta. Angka yang lumayan mengingat pengumpulan dana hanya dilakukan oleh intern Gemilang.
Pendistribusian sembako
Ada 5 keluarga yang akan mendapat santunan. Dan anak-anak dibagi menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok akan mengunjungi 1 keluarga untuk kemudian melakukan pemberian donasi berupa sembako dan uang tunai.
  1. Bu Alfi
    Kondisi kanker payudara dan suami stroke, anak 2 status masih SD
  2. Nenek Turah (Ruli)
    Kondisi : Lansia, sakit, suami kerja serabutan dalam kondisi buta, dan anaknya mengalami gangguan jiwa.
  3. Bu Ary
    Kondisi : Janda anak 1, penghasialn tidak tetap
  4. Mbah Tukini (Ruli)
    Kondisi : Ruli dan dalam kondisi sakit
  5. Mak Rido
    Kondisi : Janda 3 anak. Penghasilan tidak tetap.
kami mendapat kelompok satu. Titik kumpul adalah lapangan futsal Puri Agung 3. Di dampingi oleh Mba Waras, kami mengunjungi keluarga Ibu Alfi.

Dari luar, tidak ada yang aneh dengan penampakan rumah yang kami kunjungi. Rumah sederhana yang dihuni oleh 4 anggota keluarga. Namun saat memasuki rumah tersebut, entah kenapa aura kesedihan langsung terlihat dari wajah bapak yang sakit stroke dan ibu Alfi. Beberapa kali matanya berkaca-kaca saat mendampingi kami.
Keluarga Bu Alfi

Ia berkisah, saat hari Jumat ketika suaminya akan berangkat Sholat Jumat tiba-tiba tangannya tidak bisa digerakkan, menyusul sakit kepala dan langsung ambruk pingsan. Bahkan anak-anaknya tidak sadar bahwa sang Ayah sudah dalam keadaan pingsan. Sedangkan bu Alfi sedang ada pelatihan membatik dari dinas terkait. Saat menjumpai suami dalam kondisi begitu, bu Alfi shock dan menanyakan kronologisnya kepada anak-anaknya. Ternyata serangan ini mendadak. Dibawa kerumah sakit, pihak rumah sakit hanya mengatakan bahwa sang suami hanya sakit asam lambung. Namun bu Alfi curiga, karena untuk menyedot minuman saja suaminya tidak mampu. Di periksa lebih dalam, dan harus di rujuk ke Tumah sakit di Tanjungpinang, Suami bu Alfi mendapatkan perawatan selama 4 minggu. Dan 3 minggunya dijalani dalam keadaan koma.

Ternyata cobaan tidak berhenti sampai disitu, saat mendampingi suaminya melakukan pengobatan tiba-tiba payudara sebelah kirinya terasa sakit. Panas, dan nyeri luar biasa hingga ia kesulitan tidur. Saat dilakukan pengecekannya ada kanker payudara dan harus segera diangkat. Menjalani 4 kali kemo dan terakhir melakukan pengangkatan payudara sebelah kiri keadaan bu Alfi berangsur membaik. Namun tetap harus melanjutkan kemo untuk membunuh sel kanker.

Saya yang mendengar cerita bu Alfi, harus berjuang sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata. Sesekali saya melihat air matanya mengumpul di mata beningnya. Siap untuk menetes. Keadaannya yang tak memiliki saudara di Batam, membuatnya mengandalkan sepenuhnya kepada para tetangga yang baik hati sekaligus donatur.

Saya melihat wajah suami Bu Alfi, walau hanya diam namun jelas sorot matanya menggambarkan kesedihan. Kondisi suami Bu Alfi mengalami stroke dan tidak lagi mampu bicara.

Pelajaran baksos kali ini rupanya bukan hanya untuk anak-anak. Namun lebih dalam untuk orang tuanya. Saya tidak mampu banyak bertanya dan berbicara. Bagaimana mau bertanya, jika setiap saya ingin mengatakan sesuatu saya ingin menangis :(

Syukur ada bi Imelda yang melakukan tanya jawab untuk mengetahui kondisinya. Kemudian ditutup oleh Bi Icha tentang kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup.

Kami akhiri pertemuan sore itu dengan penyerahan sembako oleh anak-anak secara bergantian. Dan istimewanya, anak-anak diberi pena warna-warni oleh bu Alfi. Khalid yang tadinya badmood karena lapar langsung sumringah dan memilih dua pena. Warna ungu dan hijau. Bu Alfi tau aja ya cara menyenangkan hati anak.

Ditutup dengan Buka Puasa Bersama

Kembali dari rumah bu Alfi kami berkumpul di rumah Bibi Rika. Acara selanjutnya adalah berkisah yang akan dibawakan oleh bi Rika dan bi Icha. Namun sayang saya tidak mengikuti acara tersebut karena si adek lapar dan dilanjutkan menyuapi Khalid. Sepanjang perjalanan pulang ia sudah merengek minta makan.
Menanti Buka Puasa dengan Berkisah
Akhirnya adzan maghrib yang dinanti berkumandang. Banyak sajian yang dinikmati hasil dari potluck masing-masing keluarga, ada Mie legendari milik Bi Lina, ada puding bi Ayu, Stik Puding dari Bi Rika, Teh obeng, aneka gorengan dan kue, kolak dan masih banyak menu. Rasanya kalau tidak makan nasi sudah kenyang. Namun bagi saya, belum afdhol kalau belum makan nasi. hahaha
Buka Puasa Bersama
Buka puasa kali ini terasa istimewa, ada keluarga tanpa hubungan darah namun rasanya erat bagai satu rahim. Setiap orang berlomba-lomba untuk melayani. Berlomba untuk berkontribusi. Berlomba untuk memberikan yang terbaik. Semoga kelak kita dipersatukan kembali oleh Allah di Syurga-Nya.

Aahh..
hati ini rasanya masih haru biru.

Salam,
Dari seorang Ibu yang ingin anak-anaknya berhati luas
Author Image

About Crownleye Dayveed
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment